Sebuah Catatan Tentang:
Kondisi Perekonomian Aceh dan upaya Penyelamatannya
Said Zainal Abidin *)
Ketidak amanan di Aceh yang berlangsung selama 25 tahun terakhir telah menjadi semakin berlarut-larut. Kondisi itu tidak terjadi dengan tiba-tiba dan bermula dengan situasi yang mendadak parah, kemudian secara berangsur menjadi bertambah reda. Tetapi sebaliknya, situasi itu bermula dengan gangguan-gangguan kecil yang lebih bersifat protes rakyat, berkembang menjadi sporadis, kemudian semakin berlarut-larut, dan sewaktu-waktu menjadi parah, reda dan parah lagi. Asal-usul masalahnya, sebenarnya tidak bersumber dari segi keamanan, tetapi lebih banyak berasal dari ketidakadilan pembangunan dan sistem pemerintahan yang bersifat sentralistis pada masa Orde Baru. Namun karena setiap pernyataan ketidak puasan atau protes dari rakyat ditangani dengan pendekatan keamanan, kondisi keamananlah yang kemudian menjadi lebih meninjol. Akibatnya permasalahan tidak pernah terselesaikan secara tuntas. Keadaan menjadi bertambah parah dengan adanya operasi militer, yang lebih dikenal dengan istilah DOM (Daerah Operasi Militer) yang diakui sangat sadis itu. Semua ini sesungguhnya menjadi pelajaran yang amat pahit untuk tidak diteruskan dan diulangi lagi dimasa depan.
Berlarut-larutnya penyelesaian keamanan itu pada gilirannya telah membawa penderitaan rakyat yang berkepanjangan. Baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, dan ketenteraman untuk beribadah.
Kehidupan ekonomi di Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam/NAD) mengalami kemacetan total. Keadaan ini selain disebabkan oleh adanya krisis ekonomi yang secara basional dialami semua daerah di Indonesia, Aceh juga mengalami tekanan yang amat parah sebagai akibat ketidak-amanan itu. Kondisi ketidak-amanan dibeberapa daerah itu telah mengakibatkan terhentinya hampir semua kegiatan ekonomi. Akibatnya bisa dilihat pada beberapa indikator ekonomi, seperti pendapatan per kapita, produksi hasil-hasil pertanian rakyat, ekspor dan impor (terlampir).
Sekedar sebagai cuplikan dari gambaran keseluruhan, angka berikut ini memperlihatkan kondisi ekonomi NAD dalam perbandingan dengan kondisi ekonomi nasional (Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3).
Tabel 1. Perbandingan Pendapatan per Kapita (ribu Rp)
| 1995 | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 |
Aceh | 1.648,5 | 1.865,4 | 2.033,0 | 2.433,4 | 2.453,6 |
Indonesia | 1.490,5 | 2.351,3 | 2.692,4 | 4.388,5 | 4.877,8 |
Sumber: Bappeda NAD, 2000
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi (%)
| 1995 | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 |
Aceh | 8,72 | 7,69 | 5,28 | -5,82 | -2,29 |
Indonesia | 8,22 | 7,69 | 4,65 | -13,68 | 4,13 |
Sumber: Bappeda NAD, 2000
Tabel 3. Ekspor dan Impor
Tahun | Ekspor | Impor | ||
Volume (ton) | Nilai (ribu US$) | Volume (ton) | Nilai (ribu US$) | |
1994 | 19.990.049 | 2.479.931 | 84.115 | 257.177 |
1995 | 17.940.548 | 2.562.374 | 142.534 | 75.031 |
1996 | 16.947.455 | 2.579.270 | 167.184 | 112.462 |
1997 | 15.744.065 | 2.654.301 | 317.660 | 123.897 |
1998 | 14.911.681 | 2.059.087 | 188.593 | 128.861 |
1999 | 12.987.076 | 1.780.912 | 149.562 | 73.020 |
| | | | |
Sumber: Aceh Dalam Angka, 1999: hal. 293-294
Sekalipun kedua pendapatan per kapita itu (Aceh dan Indonesia) dalam nilai rupiah naik, naum jika diukur dalam nilai U$ dolar keduanya turun. Disamping itu terlihat, bahwa pendapatan per kapita NAD, yang dahulunya sampai tahun 1995 masih lebih tinggi dari pendapatan per kapita Indonesia, kemudian turun menjadi lebih kecil dan bahkan menjadi setengahnya pada tahun 1999. Demikian juga dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang bahkan menjadi negatif terus menerus akhir-akhir ini. Selain itu, tingkat inflasi Aceh lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang selama akhir-akhir ini telah tinggi. Begitu pula dengan produksi hasil pertanian rakyat, selama akhir-akhir ini mengalami masa yang sangat sulit (lihat lampiran)
Degradasi ekonomi yang terjadi hampir semua bidang ini merupakan pertanda akan adanya ancaman yang lebih parah dimasa depan, jika pemerintah dari sekarang tidak segera mengambil langkah-langkah penyelamatan. Ancaman itu dapat berupa kelaparan besar, kekacauan dan terhentinya semua kegiatan. Jika ini terjadi, keadaan bukan saja akan merupakan bencana dan keaiban nasional, tetapi juga bencana kemanusiaan yang dapat membuka peluang bagi banyak pihak luar untuk ikut mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.
Usaha penyelamatan perlu dilakukan segera melalui suatu program darurat atau crash program. Program ini, disamping bermanfaat untuk memperbaiki kehidupan dan mencegah terjadinya bencana tersebut, juga berguna untuk mengalihkan perhatian rakyat pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang selam ini sudah mulai terlantarkan. Program ini sebaiknya dibagi beberapa paket, sesuai dengan kegiatan ekonomi rakyat yang ada dan kondisi keamanan dari masing-masing daerah. Pertama, paket bantuan dan fasilitas dibidang pertanian, kerajinan rakyat, dan pengolahan hasil pertanian. Paket ini pertama-tama ditujukan untuk daerah-daerah yang relatif kurang aman, tetapi masih ada kegiatan ekonominya seperti Aceh Tengah, Aceh Selatan dan Aceh Timur. Disamping itu juga disalurkan ketempat-tempat tertentu didaerah-daerah bergolak. Kedua, peket bantuan dan pembangunan untuk daerah-daerah yang masih aman seperti Singkil, Pulau Simelu, Sabang dan kepulauan lain. Paket ini ditujukan untuk menggerakkan pembangunan ekonomi rakyat secara intensif, agar hasil produksi rakyat dari daerah-daerah ini dapat segera mengkompensasikan kehilangan produksi yang terjadi di daerah-daerah yang masih bergolak.
Dalam pada itu juga perlu diperhatikan beberapa kegiatan produksi pertanian yang relatif tidak terpengaruh dengan pergolakan, seperti kelapa sawit dan perikanan laut. Kelapa sawit adalah hasil perkebunan yang tidak banyak melibatkan rakyat. Demikian juga dengan perikanan laut. Kegiatan ini perlu ditunjang lebih intensif dalam rangka penyelamatan ekonomi daerah dari bencana kemacetan total. Namun, tentu saja kegiatan perekonomian yang melibatkan rakyat banyak perlu lebih diprioritaskan, disamping itu upaya-upaya pemulihan atau rehabilitasi sosial terhadap keluarga para korban, pendidikan terhadap anak-anak yang terlantar dan lain-lain. Semua ini secara terperinci bisa dikaji lebih jauh kelak.
Lampiran
Indikator Ekonomi NAD
Pendapatan Per Kapita Aceh
Uraian | 1995 | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 |
PDRB non migas harga berlaku (Rp. juta) *Aceh *Indonesia/GNP Pendapatan Perkapita (Rp) * Aceh * Indonesia/GNP Penduduk (ribu jiwa) * Aceh * Indonesia/GNP | 7.163.977 329.775.800 1.648.516 1.490.526 3.862,8 194.755,0 | 8.232.960 532.567.980 1.865.350 2.351.281 3.793,6 198.320,0 | 9.113.985 625.506.010 2.033.032 2.692.429 4.004,6 201.535,1 | 10.949.585 989.572.700 2.433.385 4.388.385 4.074,8 204.392,5 | 13.495.577 1.107.291.100 2.453.639 4.877.796 4.083,3 207.437,1 |
Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi :
Pertumbuhan Ekonomi (%) | 1995 | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 |
* Aceh | 8,72 | 7,69 | 5,28 | -5,28 | -2,29 |
* Indonesia/GNP | 8,22 | 7,69 | 4,65 | -13,68 | 4,13 |
Inflasi Kumulatif (%) | 1995 | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 |
* Banda Aceh | 9,16 | 6,72 | 9,90 | 79,01 | 5,57 |
* Nasional | 8,64 | 6,47 | 11,05 | 77,63 | 2,01 |
· Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1999 : 1,54% (pesimis), 4,13 (optimis)
· Inflasi : Banda Aceh 1,60% , Nasional : 2,86% (kumulatif s.d. Juni 2000)
Produksi Perkebunan :
Komoditi (ton) | 1995 | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 |
Karet | 54.980 | 62.570 | 58.137 | 64.028 | 54.438 |
Kelapa Sawit | 362.410 | 391.540 | 415.570 | 359.312 | 565.049 |
Kelapa | 94.050 | 83.780 | 89.930 | 93.889 | 79.539 |
Kopi | 49.770 | 42.500 | 47.540 | 41.244 | 44,199 |
Kakao | 8.530 | 9.460 | 10.760 | 11.090 | 11.086 |
Tembakau | 470 | 830 | 280 | - | 167 |
Produksi Perikanan :
Komoditi (ton) | 1995 | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 |
Perikanan laut | 99.599,9 | 100.064,1 | 101.716,5 | 114.778,5 | 114.369,8 |
Udang | 34.683,0 | 20.418,5 | 22.305,5 | 21.843,9 | - |
Pertanian Tanaman Pangan :
Komoditi (ton) | 1995 | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 |
Padi | 1.582.437 | 1.616.139 | 1.388.560 | 1.389.297 | 1.478.789 |
Kedelai | 239.825 | 201.690 | 93.683 | 95.683 | 104.087 |
Jagung | 68.238 | 45.566 | 58.679 | 62.577 | 72.888 |
Kacang Tanah | 62.348 | 68.575 | 32.186 | 9.861 | 9.994 |
Ubi Kayu | 149.923 | 59.782 | 81.427 | 70.615 | 72.937 |
Ubi Jalar | 46.082 | 26.784 | 31.345 | 31.448 | 72.937 |
Populasi Ternak :
Komoditi(ekor) | 1995 | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 |
Sapi | 558.633 | 635.613 | 681.522 | 692.752 | 704.796 |
Kerbau | 421.317 | 430.091 | 433.994 | 389.679 | 433.580 |
Kambing/Domba | 682.862 | 737.599 | 785.392 | 825.082 | 822.820 |
Ayam | 14.927.311 | 16.202.070 | 16.479.323 | 20.394.644 | 25.827.477 |
Itik | 1.670.041 | 3.225.979 | 3.399.178 | 314.914 | 3.441.743 |
*) Dr. Said Zainal Abidin adalah Staf Ahli Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN) Bidang Kebijakan Publik–red
Tidak ada komentar:
Posting Komentar