Senin, 04 Juli 2011


Sebuah Catatan Tentang:

Kondisi Perekonomian Aceh dan upaya Penyelamatannya


Said Zainal Abidin *)


Ketidak amanan di Aceh yang berlangsung selama 25 tahun terakhir telah menjadi semakin berlarut-larut. Kondisi itu tidak terjadi dengan tiba-tiba dan bermula dengan situasi yang mendadak parah, kemudian secara berangsur menjadi bertambah reda. Tetapi sebaliknya, situasi itu bermula dengan gangguan-gangguan kecil yang lebih bersifat protes rakyat, berkembang menjadi sporadis, kemudian semakin berlarut-larut, dan sewaktu-waktu menjadi parah, reda dan parah lagi. Asal-usul masalahnya, sebenarnya tidak bersumber dari segi keamanan, tetapi lebih banyak berasal dari ketidakadilan pembangunan dan sistem pemerintahan yang bersifat sentralistis pada masa Orde Baru. Namun karena setiap pernyataan ketidak puasan atau protes dari rakyat ditangani dengan pendekatan keamanan, kondisi keamananlah yang kemudian menjadi lebih meninjol. Akibatnya permasalahan tidak pernah terselesaikan secara tuntas. Keadaan menjadi bertambah parah dengan adanya operasi militer, yang lebih dikenal dengan istilah DOM (Daerah Operasi Militer) yang diakui sangat sadis itu. Semua ini sesungguhnya menjadi pelajaran yang amat pahit untuk tidak diteruskan dan diulangi lagi dimasa depan.
Berlarut-larutnya penyelesaian keamanan itu pada gilirannya telah membawa penderitaan rakyat yang berkepanjangan. Baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, dan ketenteraman untuk beribadah.
Kehidupan ekonomi di Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam/NAD) mengalami kemacetan total. Keadaan ini selain disebabkan oleh adanya krisis ekonomi yang secara basional dialami semua daerah di Indonesia, Aceh juga mengalami tekanan yang amat parah sebagai akibat ketidak-amanan itu. Kondisi ketidak-amanan dibeberapa daerah itu telah mengakibatkan terhentinya hampir semua kegiatan ekonomi. Akibatnya bisa dilihat pada beberapa indikator ekonomi, seperti pendapatan per kapita, produksi hasil-hasil pertanian rakyat, ekspor dan impor (terlampir).
Sekedar sebagai cuplikan dari gambaran keseluruhan, angka berikut ini memperlihatkan kondisi ekonomi NAD dalam perbandingan dengan kondisi ekonomi nasional (Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3).


Tabel 1.  Perbandingan Pendapatan per Kapita (ribu Rp)

1995
1996
1997
1998
1999
Aceh
1.648,5
1.865,4
2.033,0
2.433,4
2.453,6
Indonesia
1.490,5
2.351,3
2.692,4
4.388,5
4.877,8
Sumber: Bappeda NAD, 2000

Tabel 2.  Pertumbuhan Ekonomi (%)

1995
1996
1997
1998
1999
Aceh
8,72
7,69
5,28
-5,82
-2,29
Indonesia
8,22
7,69
4,65
-13,68
4,13
Sumber: Bappeda NAD, 2000


Tabel 3.  Ekspor dan Impor
Tahun
Ekspor
Impor
Volume (ton)
Nilai (ribu US$)
Volume (ton)
Nilai (ribu US$)
1994
19.990.049
2.479.931
84.115
257.177
1995
17.940.548
2.562.374
142.534
75.031
1996
16.947.455
2.579.270
167.184
112.462
1997
15.744.065
2.654.301
317.660
123.897
1998
14.911.681
2.059.087
188.593
128.861
1999
12.987.076
1.780.912
149.562
73.020





Sumber: Aceh Dalam Angka, 1999: hal. 293-294

Sekalipun kedua pendapatan per kapita itu (Aceh dan Indonesia) dalam nilai rupiah naik, naum jika diukur dalam nilai U$ dolar keduanya turun. Disamping itu terlihat, bahwa pendapatan per kapita NAD, yang dahulunya sampai tahun 1995 masih lebih tinggi dari pendapatan per kapita Indonesia, kemudian turun menjadi lebih kecil dan bahkan menjadi setengahnya pada tahun 1999. Demikian juga dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang bahkan menjadi negatif terus menerus akhir-akhir ini. Selain itu, tingkat inflasi Aceh lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang selama akhir-akhir ini telah tinggi. Begitu pula dengan produksi hasil pertanian rakyat, selama akhir-akhir ini mengalami masa yang sangat sulit (lihat lampiran)
Degradasi ekonomi yang terjadi hampir semua bidang ini merupakan pertanda akan adanya ancaman yang lebih parah dimasa depan, jika pemerintah dari sekarang tidak segera mengambil langkah-langkah penyelamatan. Ancaman itu dapat berupa kelaparan besar, kekacauan dan terhentinya semua kegiatan. Jika ini terjadi, keadaan bukan saja akan merupakan bencana dan keaiban nasional, tetapi juga bencana kemanusiaan yang dapat membuka peluang bagi banyak pihak luar untuk ikut mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.
Usaha penyelamatan perlu dilakukan segera melalui suatu program darurat atau crash program. Program ini, disamping bermanfaat untuk memperbaiki kehidupan dan mencegah terjadinya bencana tersebut, juga berguna untuk mengalihkan perhatian rakyat pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang selam ini sudah mulai terlantarkan. Program ini sebaiknya dibagi beberapa paket, sesuai dengan kegiatan ekonomi rakyat yang ada dan kondisi keamanan dari masing-masing daerah. Pertama, paket bantuan dan fasilitas dibidang pertanian, kerajinan rakyat, dan pengolahan hasil pertanian. Paket ini pertama-tama ditujukan untuk daerah-daerah yang relatif kurang aman, tetapi masih ada kegiatan ekonominya seperti Aceh Tengah, Aceh Selatan dan Aceh Timur. Disamping itu juga disalurkan ketempat-tempat tertentu didaerah-daerah bergolak. Kedua, peket bantuan dan pembangunan untuk daerah-daerah yang masih aman seperti Singkil, Pulau Simelu, Sabang dan kepulauan lain. Paket ini ditujukan untuk menggerakkan pembangunan ekonomi rakyat secara intensif, agar hasil produksi rakyat dari daerah-daerah ini dapat segera mengkompensasikan kehilangan produksi yang terjadi di daerah-daerah yang masih bergolak.
Dalam pada itu juga perlu diperhatikan beberapa kegiatan produksi pertanian yang relatif tidak terpengaruh dengan pergolakan, seperti kelapa sawit dan perikanan laut. Kelapa sawit adalah hasil perkebunan yang tidak banyak melibatkan rakyat. Demikian juga dengan perikanan laut. Kegiatan ini perlu ditunjang lebih intensif dalam rangka penyelamatan ekonomi daerah dari bencana kemacetan total. Namun, tentu saja kegiatan perekonomian yang melibatkan rakyat banyak perlu lebih diprioritaskan, disamping itu upaya-upaya pemulihan atau rehabilitasi sosial terhadap keluarga para korban, pendidikan terhadap anak-anak yang terlantar dan lain-lain. Semua ini secara terperinci bisa dikaji lebih jauh kelak.


Lampiran


Indikator Ekonomi NAD

Pendapatan Per Kapita Aceh
Uraian
      1995
      1996
     1997
     1998
       1999
PDRB non migas
harga berlaku
 (Rp. juta)
*Aceh     
*Indonesia/GNP

Pendapatan Perkapita
(Rp)
* Aceh                                                                 
* Indonesia/GNP
 

Penduduk (ribu jiwa)
* Aceh
* Indonesia/GNP
   



    7.163.977
329.775.800


 1.648.516
 1.490.526 

  
    3.862,8
194.755,0
 



    8.232.960
532.567.980


 1.865.350 
 2.351.281


   3.793,6
198.320,0   



    9.113.985
625.506.010


 2.033.032
 2.692.429


    4.004,6
201.535,1




  10.949.585
989.572.700


2.433.385
4.388.385


   4.074,8
204.392,5



     13.495.577
1.107.291.100


    2.453.639
    4.877.796


     4.083,3
   207.437,1


Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi :
Pertumbuhan Ekonomi (%)
1995
1996
1997
1998
1999
* Aceh
8,72
7,69
5,28
-5,28
-2,29
* Indonesia/GNP
8,22
7,69
4,65
-13,68
4,13

Inflasi Kumulatif (%)

1995
1996
1997
1998
1999
* Banda Aceh
9,16
6,72
9,90
79,01
5,57
* Nasional
8,64
6,47
11,05
77,63
2,01
· Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1999 : 1,54% (pesimis), 4,13 (optimis)
· Inflasi : Banda Aceh 1,60% , Nasional : 2,86% (kumulatif s.d. Juni 2000)

Produksi Perkebunan :
Komoditi (ton)
  1995
  1996
  1997
  1998
  1999
Karet
  54.980
  62.570
  58.137
  64.028
  54.438
Kelapa Sawit
362.410
391.540
415.570
359.312
565.049
Kelapa
  94.050
  83.780
  89.930
  93.889
  79.539
Kopi
  49.770
  42.500
  47.540
  41.244
  44,199
Kakao
   8.530
   9.460
  10.760
  11.090
  11.086
Tembakau
      470
      830
      280
          -
      167

Produksi Perikanan :
Komoditi  (ton)
   1995
   1996
   1997
   1998
   1999
Perikanan laut
99.599,9
100.064,1
101.716,5
114.778,5
114.369,8
Udang
34.683,0
  20.418,5
  22.305,5
  21.843,9
              -

Pertanian Tanaman Pangan :
Komoditi (ton)
   1995
   1996
   1997
   1998
   1999
Padi
1.582.437
1.616.139
1.388.560
1.389.297
1.478.789
Kedelai
   239.825
   201.690
     93.683
     95.683
   104.087
Jagung
     68.238
     45.566
     58.679
     62.577
     72.888
Kacang Tanah
     62.348
     68.575
     32.186
       9.861
       9.994
Ubi Kayu
   149.923
     59.782
     81.427
     70.615
     72.937
Ubi Jalar
     46.082
     26.784
     31.345
     31.448
     72.937

Populasi Ternak :
Komoditi(ekor)
   1995
   1996
   1997
   1998
   1999
Sapi
      558.633
     635.613
    681.522
      692.752
     704.796
Kerbau
     421.317
     430.091
    433.994
      389.679
     433.580
Kambing/Domba
     682.862
     737.599
    785.392
      825.082
     822.820
Ayam
14.927.311
16.202.070
16.479.323
20.394.644
25.827.477
Itik
  1.670.041
  3.225.979
  3.399.178
     314.914
  3.441.743



*) Dr. Said Zainal Abidin adalah Staf Ahli Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN) Bidang Kebijakan Publik–red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar